Kairo, albrita.com — Israel dan Hamas akhirnya menandatangani kesepakatan damai tahap pertama di Mesir pada Kamis (9/10). Perjanjian ini menandai langkah awal menuju stabilitas di Gaza setelah berbulan-bulan konflik berdarah.
Kedua pihak menyetujui pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dalam perjanjian ini, mereka mengizinkan 400 truk bantuan masuk setiap hari selama lima hari berturut-turut. Kebijakan baru ini memulihkan arus logistik yang sempat berhenti akibat blokade Israel dan membantu warga Gaza yang kelaparan.
Pejabat Hamas menjelaskan bahwa tahap pertama kesepakatan bertujuan mempercepat distribusi bantuan bagi penduduk Gaza. Setelah lima hari, jumlah truk bantuan akan meningkat secara bertahap. Hingga kini, mereka masih menyusun mekanisme penambahan jumlah bantuan.
Israel sebelumnya membatasi pengiriman bantuan ke Gaza dan menyebabkan krisis pangan meluas. Beberapa negara, termasuk Indonesia, kemudian menyalurkan bantuan lewat udara (airdrop) untuk memastikan pasokan tetap sampai ke warga Gaza.
Selain membuka akses bantuan, kedua pihak juga menyetujui pertukaran tahanan. Hamas akan membebaskan 20 sandera Israel yang mereka tahan di Gaza. Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan ribuan tahanan Palestina, termasuk beberapa pemimpin gerakan.
Dalam perjanjian tersebut, Israel juga berkomitmen menarik seluruh pasukan militernya dari wilayah Gaza. Langkah ini menandakan perubahan signifikan dalam dinamika keamanan kawasan.
Komunitas internasional menyambut kesepakatan ini dengan optimisme. Sejumlah negara menilai, perjanjian tersebut membuka peluang bagi perdamaian jangka panjang di Timur Tengah. (WF*)