Sungai Penuh, albrita.com – Ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Dusun Talang Harapan, Desa Talang Lindung, Kecamatan Sungai Bungkal, Kota Sungai Penuh, menggelar kegiatan sosialisasi adat 6 Luhah Sungai Penuh di Mushala Ar-rahman, Rabu sore (1/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan Dpt. Maifendri selaku Ketua Lembaga Adat 6 Luhah Sungai Penuh sebagai narasumber. Kegiatan ini bertujuan mengenalkan adat istiadat tradisional kepada ibu-ibu muda dan generasi muda yang mungkin belum memahami tata cara adat secara mendalam.
Peserta diberikan penjelasan mengenai kepemimpinan adat (sko nan tigo takah). Yang pertama sko tagane ( lahir seorang anak laki-laki dari suku ibu (matrilinial) maka jatuhlah gelar tagane, tugas dari tagane adalah mengurus dunsanak betino)
Yang kedua sko permanti/ninik mamak (sko menyusun, orang yang kita besarkan dan di junjung tinggi, orang yang di tuakan dari nenek dan dimuliakan dari mamak, dia yang menyusun negeri, mengajun mengarah, berjalan dulu selangkah,berkata dulu sepatah, siap terjun siang terjun malam kalau ada kejadian).
Yang ketiga adalah sko depati ( tinggi di pandang dari jauh, gdeang mulo basuo maksudnya orang yang berkuasa dalam negeri yang bersudut 4 lawang nan 2 yang memenggal putus membunuh mati makan habis).
Sko ninik mamak dan depati di peroleh melalui kenduri adat kenduri sko di ateh tanah nan sabingkeh di bawoh payong dengan sekakai menghanguskan beras 20 kambing 1 ekor, beras 100 kerbau satu ekor.
Ketua Majelis Taklim Dusun Talang Harapan – – menyampaikan, “Kami ingin agar ibu-ibu dan generasi muda dapat memahami nilai-nilai adat dengan baik. Dengan begitu, tradisi lokal tetap terjaga dan dijalankan sesuai aturan yang benar.” ujarnya
Sementara itu, Ketua Lembaga Adat 6 Luhah menekankan pentingnya regenerasi pengetahuan adat di kalangan generasi muda. “Adat bukan sekadar aturan lama, tetapi identitas kita. Dengan memahami dan mempraktikkan adat dengan benar, generasi muda dapat menjaga keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Seringkali kesalahan dalam praktik adat muncul karena kurangnya pemahaman. Melalui kegiatan sosialisasi seperti ini, diharapkan semua generasi bisa menjalankan adat sesuai makna dan tata cara yang seharusnya.” tambahnya.
Acara sosialisasi berlangsung hangat, dengan antusiasme tinggi dari peserta yang aktif bertanya dan berdiskusi mengenai berbagai praktik adat yang masih berlaku hingga saat ini. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan menghormati adat istiadat setempat. (danil)
