Jakarta, albita. com – Indonesia tengah menghadapi situasi genting dalam sektor pertanian: regenerasi petani nyaris mandek. Menurut data Sensus Pertanian 2023 dari BPS, proporsi tenaga kerja pertanian yang berumur 45 tahun ke atas mencapai sekitar 58 persen, menunjukkan tren penuaan yang nyata di sektor ini. (Antara News)
Fenomena ini selaras dengan fakta bahwa petani muda usia 19-39 tahun hanya sekitar 21,93 persen dari total pengelola usaha pertanian perorangan. (Badan Pusat Statistik Indonesia) Modelnya: dari tiga petani, dua di antaranya cenderung sudah berusia lanjut. Jika tak ada langkah cepat, pada suatu masa regenerasi pertanian bisa kandas.
Ferieny, pengurus 3GO Nasional, menyikapi kondisi ini dengan tegas. Baginya, memberdayakan petani bukan sekadar memberi bantuan — tetapi mencerdaskan mereka agar menjadi pelaku utama perubahan. “Kasihan kalau pemberdayaan petani hanya menjadikan mereka objek. Sudah saatnya petani dicerdaskan agar mampu mandiri,” ujarnya, Kamis, (2/10/2025) dilansir alamorganik.com,
Untuk itu, komunitas 3GO tak sekadar berkampanye — mereka menginisiasi pelatihan teknologi Saka agar petani bisa mengelola sarana produksi (saprodi) sendiri, dan tidak tergantung pada pihak luar. Dengan demikian, petani diharapkan tumbuh menjadi pelopor inovasi di tingkat lokal.
Penekanan Ferieny: profesi petani kini dalam fase kritis. Tanpa generasi muda dan akses teknologi, pertanian nasional bisa kehilangan daya tahan. “Kita perlu menjadikan petani sebagai subjek pembangunan, bukan objek,” tegasnya.
Dengan dukungan data BPS ini, 3GO ingin menyerukan agar seluruh elemen – pemerintah, akademisi, masyarakat – ikut berperan dalam regenerasi petani. Hanya petani yang cerdas, mandiri, dan berkualitas yang mampu menjaga masa depan pangan bangsa. (al)