Menuai Harapan di Rongsokan

- Jurnalis

Senin, 20 Oktober 2025 - 12:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Usman mengangkat rongsokan. (foto: dok: albrita.com)

Usman mengangkat rongsokan. (foto: dok: albrita.com)

Feature oleh Redaksi Albrita

Masih gelap ketika azan subuh berkumandang di langit Sungai Penuh. Udara pagi terasa dingin menusuk tulang. Namun, di sudut kecil sebuah rumah sederhana di Desa Talang Lindung, Sungai Bungkal, seorang pria paruh baya bersiap menjemput rezekinya. Namanya Usman (57) — wajahnya keras ditempa waktu, namun matanya teduh menyimpan semangat yang tak pernah padam.

Setelah menunaikan salat subuh, Usman menyalakan kendaraan roda tiga milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sungai Penuh. Di sinilah perjalanan hari-harinya dimulai. Dengan gerobak motor sederhana itu, ia menjemput sisa kehidupan kota — tumpukan sampah yang ditinggalkan warga dan pedagang pasar.

Balapan dengan Waktu

Langit belum terang ketika Usman mulai berkeliling di Pasar Sungai Penuh. Ia tahu betul, waktu adalah lawan utamanya. Jika terlambat sedikit saja, jalan-jalan sempit di sekitar pasar akan dipadati oleh mobil sayur, ojek, angdes, dan pejalan kaki. Maka, ia harus berpacu — bukan dengan kemewahan, melainkan dengan aroma tajam sampah yang menjadi bagian dari hidupnya.

“Biasanya saya mulai sebelum jam lima. Harus cepat, kalau tidak nanti macet,” ujar Usman sambil mengangkat tumpuk karung plastik dan sisa sayur di bak motornya.

Usman tak bekerja sendirian. Ada tim penyapu yang lebih dulu bertugas sebelum fajar. Mereka membersihkan jalan, sementara Usman dan rekan-rekan pengangkut datang mengumpulkan tumpukan yang sudah siap diangkut. Semua sudah diatur oleh koordinator wilayah kerja DLH.

Baca Juga :  Taman Bunga Puti Senang Mulai Bersolek Lagi, Wako Alfin: Jadi Kebanggaan Kota Sungai Penuh

Setiap pagi, butuh waktu sekitar dua jam untuk menuntaskan rutinitas itu. Setelah itu, mereka membawa hasil kumpulan sampah ke mobil, selanjutnya mobil membawa ke TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) di Renah Kayu Embun (RKE). Di sana, aroma busuk bercampur dengan rasa lelah — tapi bagi Usman, semua itu berarti kehidupan.

Antara Syukur dan Keterbatasan

Pekerjaan ini telah dilakoni Usman sejak tahun 2017. Ia menganggapnya sebagai berkah, meski penghasilannya pas-pasan. “Alhamdulillah, untung masih dikasih kerjaan,” katanya pelan, Senin (20/10/2025).

Setiap bulan, Usman menerima gaji Rp750 ribu dari DLH, ditambah bensin. Tidak besar, tapi cukup untuk menutupi sebagian kebutuhan rumah tangga. Namun, di balik rasa syukur itu tersimpan harapan sederhana: agar gaji tidak terlambat dibayar. Gaji September belum dibayar dan pemerintah mau memperhatikan kesejahteraan para petugas kebersihan.

Kelengkapan kerja seperti sapu, serokan, sepatu bot, dan mantel hujan seringkali harus mereka sediakan sendiri. “Kalau hujan, kadang sampai basah kuyup. Mantel beli sendiri, sepatu juga,” kata Usman.

Emas dari Rongsokan

Selepas jam kerja utama, Usman tak langsung pulang. Ia memungut rongsokan — botol plastik, kaleng, dan kardus yang bisa dijual kembali. Aktivitas ini menjadi penyambung hidup tambahan.
“Kalau dikumpul tiga hari, bisa dapat Rp250 sampai Rp300 ribu. Lumayan untuk tambah belanja dapur,” ujarnya tersenyum.

Baginya, setiap benda yang dibuang orang bisa menjadi sumber harapan. Dari rongsokan itulah, ia membiayai kebutuhan harian dan membayar listrik, bayar kontrakan.

Baca Juga :  Zakir Maulana Sempat Kritis Usai Operasi, Polisi Buru Pelaku Perundungan Brutal di Sungai Penuh

Pahlawan Tanpa Jubah

Di tengah gemerlap kota yang terus berkembang, sosok seperti Usman sering luput dari perhatian. Padahal, tanpa mereka, Sungai Penuh bisa tenggelam dalam gunungan sampah. Mereka adalah wajah dari dedikasi yang jarang disorot — pahlawan kebersihan yang bekerja tanpa jubah, tanpa sorotan kamera, tanpa janji penghargaan.

“Kadang orang lihat kami ini bau, tapi kalau bukan kami, siapa lagi yang bersihin kota?” kata Usman, sembari menghela napas.

Ia berharap, pemerintah bisa memberi perlindungan kerja yang layak — bukan hanya gaji yang cukup, tapi juga peralatan keselamatan, asuransi, dan penghargaan moral. Sebab kerja keras mereka adalah fondasi dari kenyamanan kota.

Harapan di Tengah Bau Sampah

Menjelang siang, matahari mulai menanjak. Usman menepi di pinggir jalan, meneguk air dari botol plastik bekas yang ia bawa dari rumah. Di atas motornya yang dipenuhi karung, tampak selembar senyum sederhana.

“Hidup ini jangan ngeluh. Yang penting kita kerja halal,” ucapnya mantap.

Usman lalu menyalakan mesin, melanjutkan rutinitasnya menyisir jalanan kota. Di antara deru kendaraan dan hiruk-pikuk pasar, sosoknya nyaris tak terlihat. Tapi di balik keringat dan bau sampah yang menempel di bajunya, ada kisah ketulusan dan harapan sederhana — agar pekerjaan yang sering diremehkan orang lain, suatu hari akan mendapat tempat yang semestinya. Karena di balik rongsokan, Usman sedang menuai kehidupan.

 

Berita Terkait

Warga Rawang Lega: Banjir Hilang, Kinerja Wali Kota Sungai Penuh Dipuji “Padek dan Tanggap!”
Pedagang Kincay Plaza Protes Biaya Rp1,5 Juta Penggantian Meteran Listrik ke Token
Wako Alfin Ajak IDI Kerinci-Sungai Penuh Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan
Harus Miliki Budaya Malu! Pejabat Pemkot Sungai Penuh dengan Kinerja dan Integritas Buruk Sebaiknya Mundur
Respon Cepat PDAM Tirta Khayangan Tanggapi Keluhan Pelanggan, Turunkan Tim Ungkap Fakta Sebenarnya
Tangis Melda Safitri Berbuah Manis: Ditinggal Suami, Ditemukan Rezeki dan Harapan Baru
Rezeki Tak Pernah Salah Alamat: Kisah Safitri, Perempuan Aceh yang Dibuang Suami dan Dihujani Rezeki
Gas Full Pak Wako Alfin.. ! Sungai Penuh Sampai Kini Tidak Banjir Lagi

Berita Terkait

Minggu, 26 Oktober 2025 - 19:39 WIB

Warga Rawang Lega: Banjir Hilang, Kinerja Wali Kota Sungai Penuh Dipuji “Padek dan Tanggap!”

Minggu, 26 Oktober 2025 - 14:02 WIB

Wako Alfin Ajak IDI Kerinci-Sungai Penuh Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Sabtu, 25 Oktober 2025 - 07:09 WIB

Harus Miliki Budaya Malu! Pejabat Pemkot Sungai Penuh dengan Kinerja dan Integritas Buruk Sebaiknya Mundur

Jumat, 24 Oktober 2025 - 15:13 WIB

Respon Cepat PDAM Tirta Khayangan Tanggapi Keluhan Pelanggan, Turunkan Tim Ungkap Fakta Sebenarnya

Jumat, 24 Oktober 2025 - 06:51 WIB

Tangis Melda Safitri Berbuah Manis: Ditinggal Suami, Ditemukan Rezeki dan Harapan Baru

Berita Terbaru

Teknologi

AI Dorong Kemandirian Penyandang Tunanetra di Indonesia

Minggu, 26 Okt 2025 - 21:07 WIB