Semarang, albrita.com – Sri Priyantini (55), warga Kampung Tanggungrejo, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, bertahan hidup di tengah banjir selama sembilan hari. Air berwarna kehijauan setinggi pinggul orang dewasa mengepung pemukiman padat penduduk itu.
Meski kakinya gatal, Sri memilih tetap beraktivitas di tengah air kotor. “Saya tidak punya tempat ngungsi. Suami tidak bekerja,” kata Sri, Kamis (30/10).
Sri hanya ingin air surut dan kakinya sembuh. Ia juga bosan makan mi instan karena hanya menerima bantuan satu kali, berupa nasi bungkus dan beras 1 kilogram.
Paidi (55) mengeluhkan bantuan yang tak kunjung datang. “Katanya ada dapur umum, tapi kenyataannya tidak ada. Sampai sekarang bantuan nasi bungkus pun tidak ada,” ungkapnya. Winda, warga lain, juga mengalami gatal-gatal selama banjir berlangsung.
Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, menyampaikan banjir masih menggenangi Jalur Pantura Semarang-Demak dengan ketinggian 80-90 cm. Ia meminta masyarakat menghindari jalur itu dan menggunakan Jalan Wolter Monginsidi sebagai alternatif.
“Saat ini hanya kendaraan besar seperti truk trailer yang bisa lewat,” kata Rismanto. (YS*)









