Jakarta, albrita.com – Panitia World Peace Forum 2025 akan menggelar acara di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, pada 9–11 November 2025. Panitia mengangkat tema “Considering Wasatiyyat Islam and Tionghua for Global Collaboration” untuk mendorong kolaborasi internasional dan menciptakan perdamaian dunia.
Ahmad Fuad Fanani, Executive Director Centre for Dialogue and Cooperation Among Civilization (CCDC), menilai ajaran Islam dan Tionghoa memiliki banyak kesamaan. Oleh karena itu, ia mendorong komunitas global memanfaatkan kedua ajaran tersebut sebagai pedoman untuk menciptakan perdamaian.
“Selain itu, kami ingin menawarkan solusi baru yang akarnya sudah ada. Dunia Islam dan Tionghoa sama-sama berasal dari Timur dan memiliki kesamaan yang selama ini sering diabaikan,” ujar Ahmad saat jumpa pers di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Kamis (6/11).
Ahmad menekankan ajaran Barat yang selama ini dijadikan pedoman mulai mengalami kemunduran. Oleh sebab itu, ia mengimbau masyarakat internasional meninjau ulang pedoman tersebut dan mengutamakan ajaran Islam dan Tionghoa.
Dalam forum itu, panitia mengundang cendekiawan, pebisnis, dan politisi untuk bekerja sama menyuarakan perdamaian dunia. Ahmad menekankan bahwa kolaborasi lintas pihak menjadi kunci keberhasilan menjaga stabilitas global.
Forum menghadirkan Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, penerima Nobel Perdamaian 1996. Selain itu, panitia menyiapkan partisipasi daring bagi penerima Nobel Perdamaian 2024 asal Jepang, Nihon Hidankyo.
Din Syamsuddin, Chairman CDCC, membuka forum dengan sambutan resmi. Kemudian, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, serta Menteri Urusan Kebudayaan Thailand, Sabeeda Thaised, memimpin diskusi panel.
Panitia menutup forum dengan sambutan Menteri Agama, Nasaruddin Umar. Selanjutnya, Gubernur Jakarta, Pramono Anung, memimpin jamuan makan malam bagi seluruh peserta di Balai Kota Jakarta.
Forum ini memperlihatkan bahwa kolaborasi global antara budaya Timur mampu menghadirkan perdamaian dunia secara berkelanjutan. Para peserta saling bertukar pengalaman, strategi, dan visi. Selain itu, mereka juga menyusun langkah konkret untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan harmonis. (WF*)









