DENPASAR, albrita.com – Guyuran hujan deras yang berlangsung lebih dari 24 jam sejak Selasa (9/9) pagi hingga Rabu (10/9) siang membawa bencana besar bagi masyarakat Bali. Hampir seluruh wilayah di Pulau Dewata terdampak banjir, mulai dari pusat kota hingga daerah pesisir. Tidak hanya rumah warga yang terendam, sejumlah infrastruktur rusak, akses transportasi lumpuh, bahkan seorang warga dilaporkan hilang terseret arus deras.
Di jantung Kota Denpasar, banjir besar meruntuhkan sebuah rumah berlantai tiga yang berdiri di depan Bank BCA Cabang Denpasar, Jalan Hasanuddin. Derasnya aliran sungai yang meluap membuat bangunan roboh dan terseret arus hingga menimbulkan kepanikan warga sekitar. Kejadian ini menjadi salah satu bukti betapa kuatnya tekanan air akibat hujan tanpa henti.
Tidak jauh dari lokasi tersebut, kawasan Ubung Kaja juga tak luput dari terjangan banjir. Sejumlah rumah warga mengalami kerusakan parah, sementara kendaraan roda dua dan roda empat terseret arus dan menutup badan jalan. Aktivitas warga lumpuh karena akses transportasi terhambat lumpur dan air setinggi lutut hingga pinggang orang dewasa.
Banjir paling parah melanda Kabupaten Jembrana, terutama di Kota Negara. Hotel Negara, yang sebelumnya dikenal dengan nama Hardys, ikut terendam air. Wisatawan yang sedang menginap terpaksa dievakuasi ke tempat lebih aman. Kendaraan yang parkir di halaman hotel cepat-cepat dipindahkan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.
Selain itu, sejumlah jalan utama di Kota Negara juga lumpuh. Arus kendaraan terhenti karena genangan air cukup tinggi. Sejumlah pedagang pasar harus menutup lapak mereka lebih awal karena air memasuki kios. Aktivitas ekonomi masyarakat pun terganggu.
Musibah yang paling memilukan terjadi di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana. Seorang perempuan muda bernama Nita Ulama (23) dilaporkan hilang terseret arus banjir pada Rabu dini hari. Ia dibonceng suaminya, Bilal Ramdhan (27), saat melintas di jalan Dusun Munduk yang terendam air.
Saat melewati jalan dengan arus deras, sepeda motor mereka tergelincir. Nita terbawa arus deras, sedangkan Bilal berhasil selamat meski dalam kondisi terpukul. Motor milik korban kemudian ditemukan tidak jauh dari lokasi jatuhnya kendaraan, namun hingga siang hari korban masih dalam pencarian.
Kepala Desa Pengambengan, Kamaruzzaman, mengimbau warganya untuk tidak memaksakan diri melintas di jalan yang tergenang air. “Arus banjir sangat deras, kami meminta warga untuk berhati-hati. Anak-anak juga jangan dibiarkan bermain di sekitar banjir karena sangat berbahaya,” ujarnya.
Banjir di desa tersebut merendam ratusan rumah warga, memaksa sebagian keluarga mengungsi ke rumah kerabat maupun pos darurat yang disiapkan pemerintah desa.
Selain merendam permukiman, banjir juga melumpuhkan jalur utama Denpasar–Gilimanuk. Kasatlantas Polres Jembrana, Iptu Aldri Setiawan, mengatakan titik banjir paling parah berada di Jalan Udayana, pinggiran Kota Negara.
“Genangan cukup tinggi membuat kendaraan tidak bisa melintas. Akibatnya terjadi kemacetan panjang di beberapa titik. Kami imbau masyarakat bersabar dan menghindari jalur ini sementara waktu,” jelasnya.
Kemacetan ini berdampak besar karena jalur Denpasar–Gilimanuk merupakan akses vital penghubung antara Bali dengan Pulau Jawa. Truk logistik, bus antarprovinsi, dan kendaraan pribadi terpaksa menunggu surutnya air.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Denpasar mengingatkan bahwa curah hujan ekstrem masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan. Meski seharusnya memasuki musim kemarau, anomali cuaca membuat intensitas hujan tinggi tetap melanda Bali. Selain banjir bandang, BMKG juga memperingatkan potensi banjir rob di tujuh wilayah pesisir Bali akibat gelombang tinggi dan pasang air laut.
“Kondisi cuaca saat ini masih labil. Kami imbau masyarakat, terutama yang tinggal di pesisir dan bantaran sungai, agar tetap waspada,” ujar seorang pejabat BMKG Denpasar.
Banjir yang melanda hampir 24 jam lebih ini menimbulkan kerugian besar. Ratusan rumah warga terendam, perabotan rusak, hingga hewan ternak mati terbawa arus. Aktivitas belajar mengajar di sejumlah sekolah terpaksa dihentikan sementara karena ruang kelas terendam air.
Bagi warga yang bermata pencaharian sebagai nelayan, kondisi cuaca ekstrem juga membuat mereka tidak bisa melaut. Akibatnya, penghasilan menurun drastis. “Kami hanya bisa pasrah. Mudah-mudahan hujan segera reda dan banjir cepat surut,” kata Made, seorang warga di Jembrana.
Hingga Rabu siang, petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan masyarakat masih dikerahkan untuk melakukan evakuasi dan pencarian korban. Sejumlah posko pengungsian darurat mulai didirikan di beberapa titik, terutama di wilayah Jembrana yang paling parah terdampak.
Pemerintah daerah juga mengimbau masyarakat untuk mengutamakan keselamatan jiwa dan tidak nekat melintasi banjir. “Kami prioritaskan penyelamatan warga. Soal kerugian materi bisa ditangani setelah kondisi lebih aman,” kata salah satu pejabat BPBD Bali. (DA*)