Kathmandu, albrita.com – Nepal resmi memiliki pemimpin baru setelah Presiden Ram Chandra Paudel melantik mantan Ketua Mahkamah Agung, Sushila Karki, sebagai perdana menteri sementara pada Jumat (12/9/2025). Pelantikan ini berlangsung di tengah situasi negara yang masih bergejolak akibat rangkaian unjuk rasa berdarah.
Dalam upacara pengambilan sumpah, Presiden Paudel menyampaikan doa bagi Karki. “Selamat! Semoga Anda sukses, semoga negara ini sukses,” ucapnya.
Sushila Karki muncul sebagai sosok pilihan generasi muda atau “Gen Z” yang memimpin gelombang protes menuntut perubahan. Mereka menilai Karki bersih dari korupsi dan mampu menata kembali pemerintahan usai pengunduran diri Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli.
Unjuk rasa yang memicu transisi kekuasaan ini awalnya dipicu kebijakan pemerintah memblokir akses media sosial. Meski pemblokiran dicabut, aksi protes melebar menjadi kritik tajam terhadap elite politik dan tuduhan korupsi.
Kericuhan meningkat setelah aparat kepolisian menggunakan peluru tajam untuk membubarkan massa. Amnesty International mengecam keras tindakan tersebut dan menyebut pemerintah gagal melindungi warganya.
Hingga Jumat (12/9), Kepolisian Nepal melaporkan sedikitnya 51 orang tewas akibat demonstrasi. Selain itu, lebih dari 12.500 narapidana memanfaatkan situasi untuk kabur dari penjara. Mereka kini masih buron dan menambah kekacauan.
Rumah pejabat tinggi dan gedung parlemen Nepal ikut dibakar massa. Situasi ini semakin memperkeruh kondisi politik sekaligus menambah tekanan terhadap pemerintah.
Untuk meredam kerusuhan, militer Nepal turun tangan sejak Rabu (10/9). Jam malam diberlakukan secara nasional. Tentara berjaga di jalanan ibu kota Kathmandu, mendirikan pos pemeriksaan, dan memeriksa identitas warga yang melintas.
“Jangan bepergian yang tidak perlu,” imbau militer lewat pengeras suara.
Militer memperingatkan bahwa tindak kekerasan, penjarahan, maupun vandalisme akan ditindak tegas. Sejauh ini, 27 orang ditangkap dan 31 senjata api berhasil disita dalam operasi penyisiran.
Meski kepemimpinan baru sudah terbentuk, kekhawatiran tetap membayangi. Sejumlah demonstran menuding aksi mereka ditunggangi “penyusup” yang memperkeruh keadaan. Klaim itu juga disampaikan pihak militer yang melihat adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan protes damai.
Kini, perhatian publik tertuju pada langkah Sushila Karki. Harapannya, ia mampu meredakan ketegangan politik sekaligus mengembalikan stabilitas Nepal yang terpuruk dalam krisis sosial, politik, dan keamanan. (MDA*)