Dolar AS Melemah Jelang Keputusan The Fed, Pasar Tunggu Pemangkasan Suku Bunga

- Jurnalis

Sabtu, 13 September 2025 - 14:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh

Jakarta, albrita.com – Dolar Amerika Serikat mencatat pelemahan mingguan terdalam dalam lebih dari sebulan terakhir. Sentimen pasar yang dipenuhi spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga Federal Reserve membuat posisi mata uang ini kian tertekan.

Mengutip laporan Bloomberg pada Sabtu (13/9), Indeks Bloomberg Spot Dollar turun 0,3 persen sepanjang pekan ini. Angka tersebut menjadi penurunan terbesar sejak awal Agustus, sekaligus menandai titik balik setelah periode penguatan yang cukup panjang.

Pelemahan dolar AS banyak dipengaruhi oleh data pasar tenaga kerja Amerika yang mengecewakan. Data terbaru memperlihatkan peningkatan klaim pengangguran sekaligus pengurangan signifikan dalam jumlah lapangan kerja. Situasi ini memperkuat keyakinan investor bahwa The Fed harus lebih agresif menurunkan suku bunga demi mencegah perlambatan ekonomi semakin dalam.

Pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 75 basis poin pada akhir tahun. Namun, inflasi yang masih relatif stabil membuat sebagian pelaku pasar menilai dolar tidak akan anjlok secara drastis. Perdebatan pun muncul di kalangan pedagang opsi, dengan sebagian masih yakin dolar bisa kembali menguat jika The Fed memberi sinyal waspada terhadap tekanan harga.

Sejumlah analis menilai, keputusan The Fed dalam rapat minggu depan akan menjadi momen krusial. Pasar sudah memperhitungkan pemangkasan seperempat poin, tetapi komentar yang menyertainya dipandang lebih penting. Dari pernyataan itulah investor bisa membaca arah kebijakan jangka panjang, apakah bank sentral terbesar dunia itu lebih fokus pada inflasi atau pada pertumbuhan ekonomi.

Pada perdagangan Jumat, data menunjukkan sentimen konsumen AS melemah ke titik terendah sejak Mei. Ironisnya, di saat bersamaan ekspektasi inflasi jangka panjang justru naik untuk bulan kedua berturut-turut. Kondisi ini membuat investor semakin berhati-hati dalam menentukan langkah.

Baca Juga :  Harga Emas Antam Merangkak Naik

Michael Pfister, ahli strategi valas di Commerzbank, menilai pemangkasan suku bunga The Fed memang akan melemahkan dolar. Namun, ia menekankan bahwa pelemahan ini tidak akan berlangsung cepat. “Inflasi yang terus berlanjut membuat penurunan dolar menjadi pendarahan lambat, bukan penurunan besar dalam waktu singkat,” tulis Pfister dalam catatannya.

Commerzbank termasuk pihak paling pesimis terhadap prospek dolar. Dalam jajak pendapat Bloomberg, bank asal Jerman itu memperkirakan dolar bisa melemah hingga USD 1,22 per euro pada akhir tahun. Jika proyeksi ini benar, berarti ada potensi penurunan sekitar 4 persen dari posisi perdagangan dolar terhadap euro pada Jumat lalu.

Optimisme terhadap pelemahan dolar juga terlihat dari pernyataan Bank of America. Pada Jumat, bank tersebut menilai bahwa posisi short dollar masih menjadi perdagangan dengan tingkat keyakinan tertinggi di kalangan manajer dana global. Artinya, banyak investor masih percaya melemahnya dolar akan membawa keuntungan di pasar keuangan.

Meski begitu, tidak semua pihak sependapat. Jane Foley, kepala strategi mata uang di Rabobank, menyebut justru tingginya prevalensi posisi bearish dolar yang membuat mata uang ini cukup tangguh dalam beberapa hari terakhir. “Semakin banyak pihak yang mengambil posisi melawan dolar, semakin besar kemungkinan mata uang ini bisa bertahan dari tekanan,” tulisnya.

Di pasar opsi, pergerakan dolar mencerminkan ketidakpastian arah. Kemiringan volatilitas berada dekat paritas, tanda pasar masih terbagi dua. Sebagian percaya pelemahan akan berlanjut, sementara lainnya menunggu konfirmasi dari kebijakan The Fed. Secara teknis, pergerakan dolar minggu ini tercatat sebagai yang paling lemah sejak Maret 2024.

Baca Juga :  Rupiah Melemah ke Rp16.614,5, Investor Tunggu Pidato Fed

Data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dikumpulkan Bloomberg memperlihatkan peningkatan taruhan short dolar. Hingga 9 September, posisi short dolar oleh pedagang nonkomersial seperti dana lindung nilai dan manajer aset melonjak hingga sekitar USD 7,2 miliar. Angka ini menjadi bukti bahwa spekulasi melemahnya dolar semakin meluas.

Di sisi lain, mata uang utama dunia menunjukkan kinerja beragam terhadap dolar. Euro relatif stabil dan menutup pekan dengan sedikit perubahan di kisaran USD 1,1740 per euro. Sementara itu, dolar Kanada justru menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di antara negara-negara Grup 10, karena pasar masih menanti keputusan Bank of Canada.

Di Asia, yen Jepang masih terjebak dalam ketidakpastian politik akibat persaingan kepemimpinan di negeri tersebut. Situasi politik itu ikut mendorong investor untuk mengurangi eksposur terhadap dolar dan mencari alternatif pada aset lain di luar mata uang utama.

Secara keseluruhan, pelemahan dolar AS pekan ini menjadi cerminan betapa rapuhnya kepercayaan pasar terhadap arah kebijakan moneter The Fed. Keputusan rapat pekan depan akan menjadi kunci. Jika benar pemangkasan dilakukan, tren dolar kemungkinan masih dalam tekanan. Namun, jika The Fed memberikan sinyal hati-hati terhadap inflasi, pelemahan dolar mungkin akan berjalan lebih lambat dari perkiraan pasar.

Dengan kondisi global yang masih penuh ketidakpastian, dolar tetap menjadi pusat perhatian. Investor menunggu langkah The Fed yang bukan hanya menentukan nilai dolar, tetapi juga arah ekonomi global dalam beberapa bulan ke depan. (RSW*)

Berita Terkait

Emas Pegadaian Naik Lagi, Antam Cetak Rekor Baru
Jakarta Dukung UMKM dengan Keringanan Pajak
PT MSP Gunakan Listrik PLN, Target PROPER Emas Semakin Dekat
Debut Cemerlang, Saham EMAS Melonjak di Hari Pertama IPO
Garuda Indonesia Targetkan 12,2 Juta Penumpang di 2025
Reformasi BBM Malaysia: Subsidi Fokus ke Warga Lokal
Tito Ingatkan Daerah Kelola TKD 2026 Rp693 T dengan Cermat
Harga Emas Antam Naik Tajam, Tembus Rp2,12 Juta per Gram

Berita Terkait

Kamis, 25 September 2025 - 16:10 WIB

Emas Pegadaian Naik Lagi, Antam Cetak Rekor Baru

Kamis, 25 September 2025 - 11:10 WIB

Jakarta Dukung UMKM dengan Keringanan Pajak

Kamis, 25 September 2025 - 01:10 WIB

PT MSP Gunakan Listrik PLN, Target PROPER Emas Semakin Dekat

Selasa, 23 September 2025 - 18:10 WIB

Debut Cemerlang, Saham EMAS Melonjak di Hari Pertama IPO

Senin, 22 September 2025 - 23:10 WIB

Garuda Indonesia Targetkan 12,2 Juta Penumpang di 2025

Berita Terbaru

Pelaksana Tugas Deputi Penindakan dan Eksekusi Komisi Pemberantasan Korupsi Asep Guntur Rahayu memberikan keterangan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (25/9). Sumber : Antara

Nasional

KPK Selidiki Pertemuan Eks Bendum Amphuri dengan Yaqut

Jumat, 26 Sep 2025 - 14:10 WIB

Xiaomi 17 Resmi Rilis dengan Baterai 7.000 mAh, Layar Super Terang 3.500 Nits, Sudah Masuk Indonesia Belum Ya? Sumber : Istimewa

Teknologi

Xiaomi 17 Resmi Meluncur, Bawa Fitur Flagship Gahar

Jumat, 26 Sep 2025 - 11:10 WIB

Misi Perdamaian PBB: Polri Kirim Satgas FPU 7 MINUSCA ke Republik Afrika Tengah Sumber : istimewa - Dok Polri

Nasional

Polri Kirim FPU 7 MINUSCA ke Afrika Tengah

Jumat, 26 Sep 2025 - 09:10 WIB

Antusiasme siswa SDN 04 Cipinang Melayu, menyambut kedatangan Makan Bergizi Gratis (MBG), sebanyak 698 box di bagikan, Jakarta, Kamis (25/9/2025) Sumber : tvOnenews.com/Julio Saputra

Nasional

Respons Seru Siswa SDN 04 Cipinang Terhadap Menu MBG

Jumat, 26 Sep 2025 - 08:10 WIB

Andre Rosiade Tegaskan UU Nomor 1 Tahun 2025 Bukan Lindungi Direksi BUMN Korupsi: Kalau Maling, Tangkap! Sumber : istimewa - antaranews

Nasional

Andre Rosiade: Kalau Maling di BUMN, Tangkap Saja!

Jumat, 26 Sep 2025 - 07:10 WIB