Palembang, albrita.com – Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menilai sistem pendidikan Indonesia tertinggal dari zaman murid-muridnya. Ia menekankan sekolah masih menerapkan pendekatan abad ke-20, sementara murid sudah hidup di era digital abad ke-21.
Anies menyampaikan hal ini saat menjadi keynote speaker di konferensi ASEAN for the Peoples Conference bertajuk “Ideas to Upgrade and Reform Our Education Ecosystem” di The Sultan Hotel, Jakarta Pusat, Minggu (5/10).
“Anak-anak kita hidup di abad ke-21, tapi sistem sekolah masih berpola abad ke-20. Gurunya abad ke-20, tata letak kelasnya abad ke-19,” ujar Anies. Ia menambahkan, sistem sekolah yang masih berfokus pada instruksi massal, hafalan, dan konformitas tidak cocok untuk era digital dan perubahan cepat saat ini.
Anies juga menyoroti kesenjangan imajinasi antara anak-anak kota dan desa. Anak-anak di kota terpapar banyak peluang, sedangkan anak di daerah miskin jarang bertemu orang yang menempuh pendidikan tinggi. “Banyak potensi siswa terbuang tanpa imajinasi masa depan,” katanya.
Ia menekankan reformasi pendidikan harus mengatasi kesenjangan keterampilan sekaligus kesenjangan mimpi. Anies menilai pendidikan harus menggeser fokus dari hafalan ke kreativitas. “Kita harus mulai mengubah pendekatan sekolah ke pola abad ke-21,” tandasnya.
Anies menambahkan, pendidikan abad ke-21 harus menumbuhkan imajinasi, kreativitas, dan kemampuan menghadapi perubahan. Ia mengajak guru dan pembuat kebijakan untuk mendesain ulang sistem agar anak-anak bisa bermimpi besar dan mewujudkan potensinya. (YS*)