Manila, albrita.com – Badai tropis Kalmaegi menewaskan sedikitnya 140 orang dan membuat 127 orang hilang setelah menghantam Filipina pada Kamis (6/11). Topan kuat itu juga menyebabkan banjir besar di wilayah tengah negara tersebut.
Menurut E-DAT, lembaga pencatat bencana alam, Kalmaegi menjadi badai paling mematikan di Filipina sepanjang 2025. Hujan deras dan angin kencang menghancurkan rumah warga serta menenggelamkan sejumlah daerah.
Seorang warga Liloan, Christine Aton, menceritakan bagaimana air tiba-tiba masuk dan merendam rumahnya. “Air datang sangat cepat. Dalam hitungan menit, kamar tidur sudah terendam,” katanya kepada AFP.
Ia kehilangan kakaknya, Michelle, yang menyandang disabilitas dan terjebak di dalam kamar. “Kami sudah berusaha mencongkel pintu dengan linggis dan pisau dapur, tapi gagal. Kulkas mulai mengapung, dan kami harus berenang keluar. Ayah saya bilang kami tak bisa kembali, atau kami semua akan mati,” ujarnya dengan suara bergetar.
Presiden Ferdinand Marcos Jr. langsung menetapkan status bencana nasional. Langkah itu memberi kewenangan kepada pemerintah untuk mengucurkan dana darurat dan mengendalikan harga bahan pokok.
Sementara itu, badan cuaca Vietnam memperingatkan bahwa Kalmaegi kini bergerak ke arah tengah Vietnam dengan kekuatan angin yang terus meningkat. Deputi Perdana Menteri Vietnam Tran Hong Ha meminta masyarakat bersiap menghadapi badai yang dapat menimbulkan gelombang laut setinggi delapan meter.
“Kalmaegi adalah ancaman serius dan sangat berbahaya. Situasi ini benar-benar abnormal,” tegas Tran.
Pemerintah Vietnam telah mengevakuasi ribuan warga di wilayah pesisir dan memantau pergerakan badai dari pusat meteorologi nasional. (MDA*)









