Padang Panjang, alberita. com–Udara dingin persimpangan empat pasar pusat, Kota Padang Panjang, Sumatra Barat, tidak jadi penghalang penampilan, pertunjukan kesenian rutin setiap Sabtu malam.
Tabuhan gendang dan alunan talempong berpadu dengan sorakan penonton yang ramai, seolah menghalau hawa dingin dan menghidupkan suasana, Sabtu (13/9) malam.
Komunitas Seni dan Budaya Sari Banilai, Nagari Jaho, Kabupaten Tanah Datar malam itu tampil energik suguhan utama berupa Tari Piriang.
Gerakan lincah para penari, kilau busana adat, atraksi ekstrem menghentakkan kaki telanjang di atas pecahan kaca, serta semburan api membuat penonton terpana.
Ketika tumpukan pecahan kaca dinjak-injak penari remaja dengan kaki telanjang, mata penonton melotot. Tidak ada kaki yang luka. Tergores saja pun tidak.
Tak hanya menampilkan tari dan ketangkasan, kelompok seni ini juga membawakan cerita kehidupan dalam balutan seni randai.
Kelakar segar dan dialog yang dekat dengan keseharian membuat suasana hangat. Penonton pun tak jarang ikut tertawa dan bertepuk tangan.
“Acara seperti ini luar biasa. Saya merasa seperti pulang kampung, karena randai seperti ini dulu sering dimainkan di nagari. Sekarang bisa dinikmati di tengah kota, rasanya bangga sekali,” kata Yuli (38), salah seorang warga yang datang bersama keluarganya.
Sementara itu, Rahman (45) mengaku takjub dengan atraksi api. “Deg-degan juga lihatnya, tapi itu justru jadi daya tarik. Jarang kita bisa menyaksikan langsung hal seperti ini,” jelasnya.
Pertunjukan malam itu seakan menunjukkan warisan budaya Minangkabau masih kuat, relevan, dan tetap bisa menyatukan di berbagai kalangan.
Kemudian, hal ini menegaskan Padang Panjang sebagai kota pendidikan dan budaya yang terus memberi ruang bagi tradisi untuk hidup dan berkembang.
Menjelang tengah malam pertunjukan pun selesai, penonton bubar dan pulang ke rumah masing-masing. (syam)