Pangkal Pinang, albrita.com – Massa dari Aliansi Tambang Rakyat Bersatu (ATB) Bangka Belitung menyerbu halaman kantor PT Timah Tbk di Pangkalpinang, Senin (6/10). Aksi mereka berubah ricuh setelah negosiasi dengan pihak perusahaan gagal.
Massa menuntut kenaikan harga beli timah dari penambang rakyat dan mendesak pembubaran Satgas Nanggala serta Satgas Halilintar, yang mereka anggap menghambat aktivitas tambang rakyat. Ribuan orang mendorong gerbang dan melempari kaca kantor dengan batu.
Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang memaksa masuk ke dalam kantor. Aparat juga mengerahkan water cannon untuk mengendalikan situasi. Beberapa demonstran berlari ke arah Jalan Jenderal Sudirman setelah terkena gas air mata.
Kerumunan kemudian membakar ban bekas dan rambu lalu lintas di depan gerbang kantor PT Timah. Api membesar dan asap hitam mengepul hingga menutupi area sekitar. Beberapa fasilitas umum juga hancur akibat lemparan batu dan benda keras lainnya.
Satu demonstran mengalami luka di kepala karena terkena lemparan batu dari sesama peserta aksi. “Kami datang untuk aksi damai, tapi situasi berubah kacau karena ada yang mulai melempar,” ujar salah satu peserta.
Koordinator aksi, Muhammad Rosidi, memimpin massa untuk berdialog dengan manajemen PT Timah. Setelah pertemuan dengan Direktur Utama PT Timah, Restu Widiyantoro, pihak perusahaan sepakat membeli pasir timah dari rakyat seharga Rp 300 ribu per kilogram.
Rosidi menyebut kesepakatan itu sebagai kemenangan rakyat. “Kami berjuang agar harga timah naik, dan hari ini perjuangan itu membuahkan hasil,” tegasnya.
Restu Widiyantoro menegaskan bahwa PT Timah hanya dapat membeli timah dari wilayah izin usaha pertambangan (IUP) milik perusahaan. “Kami menyetujui harga untuk timah di wilayah IUP kami. Namun untuk di luar IUP, kewenangan itu bukan di tangan kami,” jelas Restu. (AW*)