Jakarta, albrita.c0m – Kabar kurang menyenangkan datang dari dunia bulutangkis Indonesia. Tunggal putri andalan Merah Putih, Gregoria Mariska Tunjung, dipastikan batal tampil di dua turnamen besar Asia, yaitu China Masters dan Korea Open 2025. Keputusan ini diambil setelah kondisi kesehatan Gregoria menurun drastis akibat kambuhnya penyakit vertigo setibanya di China.
Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Melalui keterangan resmi, PBSI menyebutkan bahwa Gregoria mengalami keluhan vertigo segera setelah mendarat di kota penyelenggaraan turnamen China Masters. Padahal, ia sudah dijadwalkan untuk menjadi salah satu tumpuan sektor tunggal putri Indonesia bersama Putri Kusuma Wardani.
Kabid Binpres PBSI, Eng Hian, mengatakan kondisi Gregoria memang sempat mengkhawatirkan. Ia mengungkapkan bahwa Gregoria mulai mengeluh sakit sejak Minggu, 14 September 2025, atau sehari sebelum turnamen dimulai. Sejak saat itu, tim pelatih dan medis segera mengambil langkah untuk memberikan istirahat penuh. Namun sayangnya, hingga keesokan harinya kondisi Gregoria belum juga membaik.
Eng Hian menjelaskan bahwa setelah dilakukan diskusi mendalam dengan pelatih tunggal putri, Imam Tohari, akhirnya diputuskan bahwa Gregoria tidak akan diturunkan dalam ajang China Masters 2025. Keputusan serupa juga berlaku untuk Korea Open 2025 yang akan digelar setelahnya. Hal ini dilakukan semata-mata demi menjaga kesehatan jangka panjang atlet yang akrab disapa Jorji tersebut.
Keputusan ini memang cukup mengecewakan, mengingat Gregoria merupakan salah satu pemain yang tengah berada dalam performa stabil setelah meraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024. Sebelumnya, ia juga mencatatkan prestasi gemilang dengan merebut gelar juara Japan Masters 2023. Namun, PBSI menegaskan bahwa kesehatan atlet jauh lebih penting dibanding ambisi meraih hasil instan.
Dengan mundurnya Gregoria, tim bulutangkis Indonesia kini hanya mengandalkan Putri Kusuma Wardani di sektor tunggal putri. Putri diharapkan mampu tampil maksimal, meski tekanan yang dihadapinya tentu semakin besar karena harus berjuang seorang diri mewakili tunggal putri Indonesia di ajang China Masters.
PBSI menegaskan pihaknya tidak akan memaksakan Gregoria untuk cepat kembali ke lapangan. Setelah ditarik dari dua turnamen besar tersebut, Gregoria dijadwalkan pulang ke Jakarta untuk menjalani perawatan intensif dan program pemulihan. Eng Hian menuturkan, target utama saat ini adalah memastikan sang atlet benar-benar sembuh total sebelum kembali bertanding. Ia berharap pemeriksaan medis dapat berjalan lancar dan proses pemulihan bisa segera mengembalikan kondisi Gregoria ke performa terbaiknya.
Skuad Indonesia yang tampil di China Masters 2025 kini berjumlah 14 wakil. Di sektor tunggal putra, terdapat nama-nama besar seperti Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan Alwi Farhan. Sementara di sektor ganda putra, pasangan papan atas Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto akan berjuang bersama pasangan lain, termasuk duet baru Rian/Yeremia yang sedang dinanti debutnya.
Di sektor ganda putri, Indonesia menurunkan Amallia Cahaya Pratiwi/Lanny Tria Mayasari, Febriana Dwipuji Kusuma/Meilysa Trias Puspitasari, serta Rachel Allessya Rose/Febi Setianingrum. Untuk ganda campuran, Indonesia mengandalkan pasangan muda seperti Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu, Amri Syahnawi/Nita Violina Marwah, dan Adnan Maulana/Indah Cahya Sari Jamil.
Mundurnya Gregoria tentu menjadi kehilangan besar bagi skuad Merah Putih. Pasalnya, selain punya pengalaman, Gregoria juga tengah berada dalam jalur positif setelah mencatat beberapa hasil apik sepanjang tahun 2024 hingga 2025. Banyak penggemar bulutangkis yang merasa kecewa, namun mereka juga berharap Gregoria bisa segera pulih agar dapat kembali bersaing di level tertinggi.
Kondisi ini sekaligus menjadi pengingat betapa padatnya kalender bulutangkis internasional yang kerap memberikan tekanan fisik luar biasa bagi para atlet. Tidak jarang pemain mengalami cedera atau sakit akibat jadwal pertandingan yang terlalu berdekatan. PBSI pun diharapkan mampu mengatur strategi terbaik dalam mengelola jadwal atlet, agar kejadian seperti ini tidak kembali terulang di masa mendatang.
Meski kehilangan salah satu pilar tunggal putri, skuad Indonesia tetap optimis menghadapi persaingan sengit di China Masters 2025. Dukungan dan doa dari masyarakat diharapkan mampu menjadi tambahan semangat bagi para wakil yang bertanding. Sementara itu, Gregoria diharapkan dapat fokus pada pemulihan agar bisa segera kembali tampil dan mengharumkan nama Indonesia di ajang berikutnya. (MDA*)