Rio de Janeiro, albrita.com — Operasi perang narkoba di Rio de Janeiro menewaskan 119 orang. Polisi dan tentara menargetkan geng narkoba Komando Merah di favela Penha dan Complexo de Alemao.
Puluhan warga menggelar unjuk rasa di depan kantor pusat pemerintahan negara bagian. Mereka mengibarkan bendera Brasil berlumuran cat merah dan menuntut Gubernur Claudio Castro mundur.
Warga melaporkan bahwa jenazah korban menunjukkan luka tusuk dan cacat. Mahkamah Agung, jaksa penuntut, dan parlemen menuntut pemerintah memberikan informasi rinci operasi itu.
Seorang warga Penha, Barbara Barbosa, menyatakan polisi menewaskan putranya dalam operasi sebelumnya. Aktivis Rute Sales meminta polisi berhenti membunuh warga.
Sekitar 2.500 polisi dan tentara menggerebek kawasan tersebut. Sekretaris polisi negara bagian, Felipe Curi, mengatakan mereka menemukan beberapa jenazah tersangka di hutan. Polisi menyatakan tersangka menggunakan kamuflase saat baku tembak.
Warga kemudian melepaskan pakaian dan peralatan jenazah. Polisi menegaskan mereka akan menyelidiki tindakan warga sebagai pemalsuan barang bukti.
Sebelumnya, warga menempatkan jenazah terduga di alun-alun utama dan berteriak “pembantaian” dan “keadilan” sebelum tim forensik datang.
Seorang warga, Silva Santos, menyatakan banyak tersangka masih hidup saat polisi menembak mereka. Ia menekankan, “Mereka pedagang narkoba, tapi tetap manusia.” Aktivis lokal Raull Santiago menemukan sekitar 15 jenazah sebelum fajar. Ia melaporkan korban mendapat luka tembak di punggung, kepala, dan tusukan, dan menilai kekerasan itu merupakan pembantaian. (YS*)









