Jakarta, albrita.com – OPEC+ memutuskan menaikkan produksi minyak mulai November 2025 sebesar 137.000 barel per hari (bph). Keputusan ini menunjukkan sikap hati-hati di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global.
Analis Rystad Energy, Janiv Shah, menjelaskan pasar sempat memperkirakan peningkatan yang lebih besar. Namun tambahan produksi ini justru memperbesar surplus pasokan pada akhir 2025.
Dalam rapat internal, Rusia mendorong peningkatan terbatas demi menjaga harga, sementara Arab Saudi menekan agar produksi naik lebih besar untuk merebut pangsa pasar.
Tamas Varga dari PVM Oil Associates menyebut OPEC+ menimbang banjir pasokan dari Venezuela, Kurdi, dan Timur Tengah. Karena itu, Arab Saudi memilih mempertahankan harga jual minyak Arab Light ke Asia tanpa perubahan.
Beberapa analis menilai musim pemeliharaan kilang, penimbunan minyak China, dan risiko geopolitik bisa menahan harga agar tidak jatuh. Namun, data EIA menunjukkan stok minyak AS naik tajam pada akhir September, menandakan lemahnya permintaan.
Menurut Chris Beauchamp dari IG Group, stabilitas harga bergantung pada pemulihan ekonomi AS. “Jika ekonomi AS pulih, permintaan minyak akan kembali naik,” katanya.
OPEC+ kini menjalankan strategi baru dengan menambah produksi perlahan untuk merebut kembali pangsa pasar dari produsen minyak serpih AS. Kelompok ini akan mengevaluasi dampaknya pada 2 November 2025. (MDA*)