Sungai Penuh, albrita.com – Ratusan pedagang di Kincay Plaza, Kota Sungai Penuh, marah akibat pengelola plaza dan biro listrik memberlakukan kebijakan mendadak, penggantian meteran listrik pascabayar ke prabayar (token) dengan biaya Rp1,5 juta per kios.
Para pedagang menilai kebijakan itu memberatkan, terutama di tengah menurunnya daya beli masyarakat. Mereka menuduh pihak pengelola dan biro listrik tidak memberi sosialisasi sebelumnya.
“Saya tidak bisa menutupi biaya Rp1,5 juta. Uang harian kadang bahkan tidak cukup untuk modal usaha. Ini jelas menambah beban pedagang,” ujar seorang pedagang, Kamis (25/10).
Protes semakin meluas setelah pedagang mengetahui biro berinisial D, yang diduga dekat dengan tim sukses Alfin-Azhar, menerima pembayaran. Pedagang mempertanyakan aliran dana listrik yang selama ini mereka bayar.
“Selama ini kami membayar listrik ke biro itu. Mereka bilang sudah termasuk biaya pemakaian. Sekarang kami harus bayar lagi Rp1,5 juta untuk token. Uang kami selama ini pergi ke mana?” keluh pedagang lain.
Manajer PLN ULP Sungai Penuh, Eko Pitono, menyatakan PLN mendorong sistem token, tapi listrik di Kincay Plaza milik pengelola plaza, bukan PLN.
Pedagang menuntut pemerintah segera menindaklanjuti agar kebijakan listrik tidak menambah beban ekonomi mereka. Hingga kini, pengelola plaza belum memberikan klarifikasi resmi. (WF*)









