New York, albrita.com – Menteri Luar Negeri RI, Sugiono, menegaskan pentingnya perlindungan terhadap pekerja kemanusiaan saat menghadiri side event peluncuran Deklarasi Global Pelindungan Personel Kemanusiaan di Markas Besar PBB, New York, Sabtu (21/9/2025).
Sugiono mengingatkan, pekerja kemanusiaan kerap menjadi korban di zona konflik. “Di Gaza saja tahun ini, lebih dari satu dari setiap 50 staf UNRWA tewas secara tragis. Ini adalah jumlah korban jiwa personel PBB tertinggi dalam sejarah,” ujarnya. Ia menambahkan, angka global menunjukkan insiden serupa tidak mengalami penurunan.
Menteri Sugiono menekankan, korban jiwa para pekerja kemanusiaan bukan sekadar statistik. “Mereka adalah individu luar biasa yang mengorbankan nyawa untuk melayani kemanusiaan. Pengorbanan mereka mengingatkan kita bahwa pekerjaan kemanusiaan tidak hanya mulia, tetapi juga penuh risiko,” kata dia.
Sugiono menegaskan perlunya komitmen kolektif untuk melindungi pekerja kemanusiaan agar tidak menjadi sasaran di lapangan. “Kehormatan terbesar bagi mereka yang gugur adalah memastikan misi mereka terus berlanjut melalui perdamaian, kerja sama internasional yang erat, dan kepatuhan pada prinsip-prinsip kemanusiaan,” tegasnya.
Lebih jauh, Sugiono menekankan bahwa deklarasi yang baru diluncurkan tidak hanya sebatas penandatanganan, tetapi juga harus diikuti implementasi nyata. “Kita harus berkomitmen pada implementasinya secara penuh dan efektif, bukan hanya menandatangani dokumen,” ujar dia.
Side event ini menjadi momentum penting bagi komunitas internasional untuk memperkuat perlindungan bagi personel kemanusiaan di berbagai wilayah konflik, sekaligus mengingatkan dunia akan risiko yang mereka hadapi setiap hari.
Sugiono menambahkan bahwa Indonesia akan terus aktif mendorong langkah-langkah konkret dalam kerangka kerja sama internasional untuk keselamatan pekerja kemanusiaan. Komitmen ini diharapkan dapat mengurangi risiko di lapangan dan memastikan bantuan kemanusiaan sampai kepada yang membutuhkan.
Deklarasi Global Pelindungan Personel Kemanusiaan menjadi tonggak baru bagi diplomasi kemanusiaan, menekankan tanggung jawab negara dan organisasi internasional untuk melindungi mereka yang bekerja di garis depan krisis kemanusiaan. (YS*)