Yogyakarta, albrita.com – Nama Ferry Irwandi semakin dikenal publik sebagai seorang pembuat konten yang berani, atraktif, dan komunikatif. Gaya bicaranya lugas namun santai, kritis namun tetap terasa bersahabat. Dari situ banyak orang penasaran: siapa sebenarnya sosok Ferry di balik layar konten-kontennya?
Ferry lahir di Jambi pada 16 Desember 1991 dari keluarga Minangkabau. Ayahnya berasal dari Payakumbuh, sementara ibunya dari Muaro Labuh, Sumatra Barat. Sejak kecil, ia hidup dalam lingkungan sederhana dengan nilai kuat tentang disiplin, kerja keras, dan pendidikan sebagai bekal utama. Dalam keseharian, Ferry dikenal sebagai anak yang aktif, penuh rasa ingin tahu, dan suka mengorganisasi teman-temannya untuk bermain peran atau membuat drama kecil. Kebiasaan ini menjadi titik awal minatnya terhadap dunia kreatif.
Masa remajanya diwarnai keseimbangan antara dunia akademik dan hobi seni. Ia rajin belajar, tapi di sisi lain juga gemar menonton film dan mempraktikkan adegannya bersama teman. Lingkungan keluarga yang tidak berlatar seni justru membuat Ferry menemukan jalannya sendiri untuk mengekspresikan kreativitas.
Setelah menamatkan SMA, Ferry diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Pilihan jurusan akuntansi ini tampak jauh dari dunia seni yang ia minati. Namun, pengalaman kuliah justru memperkaya dirinya. Di kampus, Ferry bergabung dengan komunitas teater dan film mahasiswa, belajar menjadi aktor sekaligus mendalami aspek teknis mulai dari menulis naskah, mengatur pencahayaan, hingga editing video. Siang ia bergelut dengan teori akuntansi, malam ia sibuk berlatih teater atau membuat film bersama kawan-kawan.
Selepas STAN, Ferry melanjutkan studi magister di Central Queensland University, Australia. Pengalaman belajar di luar negeri memperluas wawasannya sekaligus memperkuat keyakinan bahwa disiplin akademik bisa berjalan seiring dengan kebebasan berekspresi.
Setelah kembali ke Indonesia, Ferry meniti karier sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Keuangan. Ia ditempatkan di bidang humas dan videografi, sebuah posisi yang sebenarnya lebih dekat dengan minatnya. Di sana, ia terbiasa mengelola konten visual, membuat dokumentasi, dan menyusun strategi komunikasi publik. Pekerjaan ini mempertemukannya dengan dunia nyata birokrasi: bagaimana pesan disampaikan, bagaimana institusi bekerja, dan bagaimana fakta sering kali berbeda dengan narasi resmi.
Namun, jalan hidupnya tidak berhenti di kursi birokrasi. Sekitar tahun 2022, Ferry mengambil keputusan besar dengan mengundurkan diri dari status PNS. Ia memilih jalur penuh risiko untuk menekuni dunia konten digital. Keputusan itu sempat dipandang aneh karena meninggalkan profesi yang mapan, tetapi Ferry justru merasa langkah tersebut membuka ruang lebih luas bagi dirinya untuk bersuara.
Dari situlah namanya semakin dikenal di media sosial. Ferry menghadirkan konten yang kritis terhadap isu publik, sosial, dan politik. Ia juga berani menyoroti fenomena influencer yang mempromosikan judi online atau klaim penghasilan palsu, hal-hal yang seringkali memancing kontroversi. Gaya komunikasinya membuat orang merasa dekat, namun tetap menantang audiens untuk berpikir.
Ferry Irwandi bukan sekadar konten kreator biasa. Ia adalah sosok yang memadukan latar pendidikan formal dengan pengalaman seni, disiplin birokrasi dengan kebebasan berekspresi. Dari seorang anak Jambi yang gemar bermain peran, kini Ferry menjelma menjadi suara kritis di tengah hiruk pikuk media digital Indonesia. (MDA*)