Jakarta, albrita.com – Puluhan perempuan yang tergabung dalam Aliansi Perempuan Indonesia menggelar aksi tabur bunga di depan Markas Polda Metro Jaya, Rabu (17/9/2025). Aksi simbolik ini dilakukan sebagai bentuk protes atas penahanan sejumlah aktivis, pelajar, dan pejuang demokrasi yang hingga kini masih ditahan.
Di tangan mereka tergenggam bunga-bunga segar yang satu per satu ditebarkan ke aspal. Aroma bunga menyisakan wangi sekaligus menjadi simbol duka dan kepedulian atas situasi yang terjadi.
Mutiara Ika Putri, salah satu perwakilan aliansi, mengatakan aksi ini bukan tindakan makar maupun terorisme. “Bunga ini simbol bahwa protes adalah hak. Aksi kawan-kawan kami adalah bentuk kepedulian terhadap kerusakan, kemiskinan, dan kekerasan yang tidak pernah diusut tuntas,” ujarnya.
Puluhan perempuan ini datang sebagai perwakilan Aliansi Perempuan Indonesia, menegaskan penolakan terhadap penahanan aktivis dan demonstran, serta menuntut agar pemerintah menghormati hak demokrasi dan kebebasan sipil.
Aksi tabur bunga berlangsung tertib dan penuh khidmat, menjadi bentuk perlawanan damai yang sekaligus mengingatkan publik akan pentingnya penegakan hak asasi manusia di Indonesia.
Selain menyampaikan aspirasi secara simbolik, peserta aksi juga membagikan selebaran yang berisi informasi tentang kasus penahanan aktivis, pelajar, dan pejuang demokrasi, untuk meningkatkan kesadaran publik.
Beberapa peserta membawa poster dengan pesan-pesan damai dan kritikan terhadap praktik penahanan yang dianggap sewenang-wenang. Hal ini menunjukkan bahwa aksi tersebut tetap menekankan pendekatan non-kekerasan.
Koordinator lapangan menjelaskan bahwa aksi ini juga bertujuan mendorong aparat hukum untuk lebih transparan dalam menangani kasus penahanan, termasuk memberikan akses yang jelas bagi keluarga dan pengacara para tahanan.
Aksi ini mendapat perhatian media dan masyarakat, baik di lokasi maupun melalui pemberitaan daring. Dukungan terhadap gerakan Aliansi Perempuan Indonesia pun terlihat meningkat di berbagai platform sosial media.
Beberapa tokoh masyarakat dan aktivis juga hadir memberikan dukungan, menekankan pentingnya dialog antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk menyelesaikan permasalahan demokrasi secara damai.
Mutiara Ika Putri menambahkan, “Kami berharap pemerintah mendengar suara kami dan segera mengambil langkah yang adil. Penahanan yang tidak transparan hanya menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap aparat hukum.”
Aliansi Perempuan Indonesia berencana menggelar aksi lanjutan jika tuntutan mereka tidak direspon. Mereka menegaskan akan terus menggunakan cara-cara damai dan simbolik untuk menyuarakan hak demokrasi dan keadilan. (MDA*)