Abuja, albrita.com – Rakyat Nigeria dari berbagai agama menolak ancaman intervensi militer yang disampaikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Ia mengklaim akan menyerang Nigeria karena dugaan pembantaian terhadap umat Kristen.
Trump tidak pernah menunjukkan bukti apa pun atas tuduhan tersebut. Presiden Nigeria Bola Tinubu menegaskan bahwa rakyat Nigeria menjunjung tinggi toleransi dan hidup damai di tengah keberagaman agama.
Pada akhir pekan lalu, Trump kembali menyatakan rencana operasi militer ke Nigeria, baik melalui serangan darat maupun udara. Pernyataan itu langsung memicu reaksi keras dari masyarakat Nigeria, terutama komunitas Kristen dan Muslim.
Pemimpin komunitas Kristen, Danjuma Dickson Auta, menegaskan bahwa semua warga Nigeria menjadi korban kekerasan tanpa memandang agama.
“Banyak umat Kristen yang terbunuh, tetapi umat Muslim juga mengalami hal yang sama,” kata Auta kepada AFP.
Tokoh Muslim Abubakar Gamandi juga menolak tuduhan Trump. Ia menjelaskan bahwa kelompok teroris Boko Haram sering menyerang warga Muslim di wilayah utara.
“Orang yang menyebarkan isu genosida Kristen tahu bahwa klaim itu salah,” ujar Gamandi, Ketua Serikat Nelayan Nigeria.
Nigeria memiliki jumlah penduduk Kristen dan Muslim yang hampir seimbang. Warga Kristen banyak tinggal di wilayah selatan, sedangkan Muslim mendominasi bagian utara. Konflik bersenjata di Nigeria menelan korban dari kedua kelompok.
Lembaga riset ACLED mencatat 1.923 serangan terhadap warga sipil di Nigeria sepanjang tahun ini, termasuk 50 serangan terhadap umat Kristen.
Analis senior Afrika di ACLED, Ladd Serwat, menjelaskan bahwa kelompok seperti Boko Haram dan ISIS Afrika Barat memang menggunakan narasi anti-Kristen, tetapi kekerasan mereka juga menghancurkan komunitas Muslim.
“Kekerasan di Nigeria muncul karena perebutan kekuasaan, sengketa lahan, etnisitas, dan kejahatan bersenjata,” kata Serwat. (MDA*)









