Aceh Singkil—Pagi itu, langit Desa Rimo menampakkan mendung tipis. Sebuah mobil L300 hitam berhenti di depan rumah kayu sederhana. Beberapa tetangga mengangkat kasur, karung pakaian, peralatan dapur, dan satu koper kecil ke dalam mobil.
Di tengah hiruk-pikuk itu, Safitri—perempuan berusia 30-an—berdiri memeluk anak balitanya. Ia menatap kosong, wajahnya lelah, tetapi matanya memancarkan ketenangan.
Hari itu, Safitri memilih pergi. Ia meninggalkan rumah yang tak lagi memberinya rasa aman. Suaminya, yang dulu ia percaya akan menjadi sandaran hidup, justru mengusirnya.
“Dia bilang aku beban,” tutur Safitri pelan. “Padahal aku cuma minta dia berhenti berjudi.”
Safitri membawa beberapa pakaian dan tekad kuat untuk memulai hidup baru. Mobil L300 itu membawa dirinya dan anaknya kembali ke rumah orang tua di kampung halaman. Ia pulang dengan luka, tetapi keberanian di hatinya tetap menyala.
Kisah “Rezeki Istri yang Dibuang Suami” Viral di Media Sosial
Beberapa hari kemudian, warga menulis kisah Safitri di media sosial dengan judul “Rezeki istri yang dibuang suami.” Kisah itu menyebar cepat dan mengundang empati dari banyak orang yang tergerak oleh keteguhannya.
Orang-orang berdatangan membawa bantuan. Mereka menyerahkan bahan makanan, menyumbangkan uang tunai, dan menawarkan modal usaha kecil.
“Saya nggak nyangka orang-orang masih peduli,” kata Safitri lirih. “Saya cuma mau hidup mandiri supaya nggak merepotkan siapa pun.”
Di antara para dermawan, satu sosok membuat Safitri menangis haru: Shella Saukia, influencer asal Aceh yang terkenal karena kepeduliannya terhadap perempuan dan anak. Shella datang langsung ke rumah Safitri sambil membawa bantuan uang tunai dan modal usaha.
Pertemuan Dua Perempuan Aceh
Saat mereka bertemu, suasana haru menyelimuti ruangan. Safitri menyalami Shella dengan tangan gemetar. Shella langsung memeluknya erat.
“Kamu kuat sekali,” ucap Shella pelan. “Aku pernah berada di posisimu dulu.”
Shella mengenang masa lalunya yang hampir sama. Beberapa tahun lalu, ia juga menghadapi keadaan sulit dan harus memulai hidup dari nol bersama anaknya.
“Aku tahu rasanya dijatuhkan, tapi aku juga tahu rasanya dibangkitkan oleh tangan-tangan tulus,” ujarnya.
Shella memberikan bantuan berupa uang tunai dan modal usaha kecil.
“Aku nggak mau lihat kamu berhenti di sini,” katanya sambil tersenyum. “Gunakan rasa sakitmu untuk bangkit.”
Safitri Bangkit Lewat Usaha Kecil
Setelah pertemuan itu, Safitri mulai menjual kue basah dan minuman ringan di depan rumah orang tuanya. Ia membuat kue sendiri dan memasarkan lewat tetangga. Awalnya hanya beberapa orang yang membeli, tetapi pesanan terus bertambah dari kampung lain.
“Saya mengelola modal dari Kak Shella dengan hati-hati,” ujar Safitri. “Saya ingin usaha ini membuka jalan rezeki yang halal.”
Rumah kayu yang dulu tampak muram kini hidup kembali. Anak Safitri berlarian di halaman, sementara dari dapur, aroma bolu pandan menguar dari oven kecil yang baru ia beli.
Setiap kali pelanggan datang, Safitri menyambut mereka dengan senyum lebar—senyum yang dulu sempat hilang karena kecewa.
“Dulu saya menangis karena ditinggalkan, sekarang saya menangis karena bersyukur,” katanya sambil mengelus kepala anaknya. “Ternyata rezeki nggak pernah salah alamat.”
Dari Luka Menjadi Doa dan Inspirasi
Shella Saukia memandang bantuannya kepada Safitri sebagai panggilan hati, bukan sekadar aksi sosial.
“Kita perempuan Aceh harus saling menjaga,” kata Shella. “Kita belajar untuk tabah, tapi kita juga harus berani bangkit. Safitri sudah melakukannya.”
Safitri menamai usahanya “Rezeki Safitri” — nama yang ia pilih untuk mengenang perjuangan dan ketulusan. Shella berjanji akan terus mendampingi Safitri agar usahanya terus tumbuh.
“Aku ingin lihat dia sukses,” ujar Shella. “Setiap perempuan berhak bahagia dan punya masa depan.”
Harapan Baru di Tanah Sendiri
Menjelang sore, langit Aceh Singkil kembali cerah. Cahaya matahari menembus sela pepohonan dan menyentuh wajah Safitri yang tersenyum lega. Ia menatap anaknya yang tertidur di pangkuan, lalu berbisik pelan,
“Kalau nanti dia besar, aku mau dia tahu, ibunya pernah jatuh… tapi nggak pernah menyerah.”
Kisah Safitri mengajarkan bahwa perempuan bisa bangkit bahkan dari luka terdalam. Ia membuktikan bahwa ketulusan dan kerja keras mampu mengubah kesedihan menjadi kekuatan. Rezeki memang berputar, tapi tak pernah salah alamat. (redaksi albrita.com)









