Jepang, albrita.com – Mantan Menteri Keamanan Ekonomi, Sanae Takaichi, melaju menjadi calon perdana menteri perempuan pertama Jepang setelah terpilih sebagai ketua Partai Demokratik Liberal (LDP). Ia meraih dukungan luas dari pemilih konservatif dan membuka jalan menuju kursi PM.
Takaichi lahir di Nara sebagai anak tertua dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja di perusahaan manufaktur dan ibunya polisi. Sejak SD, ia senang mendengarkan musik heavy metal dan pernah menjadi drummer di klub musik rock saat kuliah di Kobe University.
Usai lulus, Takaichi bergabung dengan Matsushita Institute of Government and Management. Motivasi politiknya muncul saat Konosuke Matsushita, pendiri institut dan Panasonic Corp, memprediksi abad ke-21 menjadi era Asia. Takaichi ingin merumuskan kebijakan nasional sejak usia 24 tahun.
Pada Juli 1992, ia mencalonkan diri sebagai calon independen DPR tetapi kalah karena LDP tidak mendukungnya. Dukungan ayahnya lewat surat membuatnya termotivasi. Tahun berikutnya, ia menang sebagai calon independen dan pada 1996 bergabung dengan LDP. Ia membangun hubungan dekat dengan mendiang Shinzo Abe dan berbagi pandangan politik konservatif.
Takaichi sempat mencalonkan diri sebagai ketua LDP pada 2021 dan 2024, namun kalah dari Fumio Kishida dan Shigeru Ishiba. Ia mengidolakan Margaret Thatcher dan menyatakan ingin menjadi “Iron Lady” Jepang.
Takaichi dikenal konservatif, menentang pernikahan sesama jenis, dan berkomitmen memperluas layanan rumah sakit bagi perempuan, mendukung pekerja rumah tangga, serta meningkatkan perawatan lansia. Pengalaman mengasuh dan merawat tiga kali membuatnya ingin menciptakan masyarakat yang memudahkan orang tetap bekerja sambil mengasuh anak.
Sebagai murid Shinzo Abe, Takaichi juga berjanji menghidupkan kembali visi ekonomi “Abenomics” untuk mendorong pertumbuhan dan stabilitas Jepang. (MDA*)