Tokyo, albrita.com – Pencalonan Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri Jepang menghadapi ancaman setelah Partai Komeito keluar dari koalisi yang berkuasa bersama Partai Demokrat Liberal (LDP). Koalisi LDP-Komeito memerintah Jepang selama 25 tahun.
Partai Komeito mengumumkan keputusannya pada Jumat (10/10), kurang dari seminggu setelah Takaichi memimpin LDP. Partai ini mundur karena Takaichi tidak menjawab secara memuaskan terkait skandal dana gelap LDP yang terjadi tahun lalu, melibatkan pembayaran ilegal jutaan dolar untuk penjualan tiket acara penggalangan dana.
Ketua Komeito, Tetsuo Saito, menyebut penunjukan Koichi Hagiuda, yang terlibat dalam skandal, sebagai senior partai LDP menimbulkan kekhawatiran tambahan. “Kami ingin kembali ke meja perundingan, tetapi jika LDP tidak memenuhi tuntutan kami, kami tidak akan mendukung pencalonan Sanae Takaichi,” kata Saito, dikutip AFP, Minggu (12/10).
Meskipun Komeito mundur dari koalisi, partai ini tetap mendukung rencana anggaran dan undang-undang yang LDP susun. Takaichi menyesali keputusan Komeito dan menyebut langkah itu sepihak.
Komeito, yang mendapat dukungan dari organisasi Buddha awam Soka Gakkai, membantu LDP memenangkan pemilu. Tanpa dukungan partai ini, sekitar 20 persen anggota parlemen LDP akan kehilangan kursi, menurut harian Yomiuri Shimbun.
Ketua Partai Demokrat Konstitusional (CDP), Yoshihiko Noda, melihat kondisi ini sebagai kesempatan sekali dalam satu dekade untuk pergantian pemerintahan. Noda menyatakan ia akan mendorong oposisi bersatu di belakang satu kandidat, kemungkinan Yuichiro Tamaki, Ketua Partai Demokrat untuk Rakyat (DPP). Tamaki menyatakan bersedia dicalonkan.
Namun, perbedaan kebijakan antara DDP dan CDP dapat menghambat oposisi membentuk koalisi. (WF*)