Jakarta, albrita.com – Layanan internet satelit Starlink milik miliarder Elon Musk dilaporkan mengalami gangguan global pada Senin, 15 September 2025 malam waktu setempat. Ribuan pengguna di berbagai negara melaporkan kesulitan mengakses internet, baik berupa koneksi yang terputus total, kecepatan sangat lambat, maupun kendala autentikasi jaringan. Situasi ini memicu lonjakan laporan masalah di berbagai platform pemantau layanan internet, termasuk Downdetector.
Menurut data yang dihimpun Downdetector, lonjakan laporan gangguan Starlink mulai meningkat tajam sekitar pukul 20.00 WIB. Dalam kurun waktu singkat, ribuan pengguna dari berbagai belahan dunia menyampaikan keluhan. Mayoritas laporan menyebutkan koneksi terputus sepenuhnya, meskipun sebagian lainnya mengaku masih bisa terhubung namun dengan kecepatan yang jauh lebih rendah dari biasanya. Ada pula yang melaporkan kesulitan melakukan autentikasi jaringan sehingga perangkat mereka tidak dapat tersambung sama sekali.
Gangguan ini dilaporkan tidak hanya terjadi di satu wilayah, melainkan berskala global. Pengguna di Amerika Serikat, Eropa, Australia, hingga sejumlah negara Asia melaporkan permasalahan serupa. Indonesia juga menjadi salah satu wilayah yang terdampak, meskipun laporan masih relatif terbatas dibandingkan dengan Amerika dan Eropa yang mencatat lonjakan lebih tinggi.
Hingga berita ini diturunkan, SpaceX sebagai perusahaan induk Starlink belum memberikan penjelasan resmi mengenai penyebab pasti gangguan. Akun resmi Starlink di media sosial juga belum merilis pernyataan, sehingga spekulasi pun bermunculan. Beberapa analis menilai gangguan besar ini kemungkinan disebabkan oleh masalah teknis pada jaringan satelit atau pusat data yang digunakan untuk mengatur lalu lintas koneksi. Namun, dugaan tersebut masih bersifat spekulatif karena belum ada informasi resmi dari pihak perusahaan.
Bagi banyak pelanggan, gangguan ini cukup mengejutkan mengingat Starlink selama ini dikenal sebagai layanan internet satelit dengan performa stabil. Sejak diluncurkan secara komersial pada 2021, Starlink tumbuh pesat dan kini memiliki lebih dari 3 juta pelanggan aktif di seluruh dunia. Layanan ini digadang-gadang sebagai solusi internet berkecepatan tinggi terutama bagi wilayah terpencil atau pedesaan yang sulit dijangkau jaringan fiber optik.
Seorang pengguna di Amerika Serikat melalui media sosial mengungkapkan rasa frustrasi karena jaringan Starlink miliknya terputus total selama hampir satu jam. Ia menyebut gangguan ini cukup mengganggu pekerjaannya yang bergantung pada akses internet. Sementara itu, di Australia, sejumlah warganet juga mengeluhkan gangguan serupa, bahkan ada yang melaporkan kehilangan koneksi sejak sore waktu setempat.
Di Indonesia, beberapa pengguna Starlink juga mulai melaporkan adanya kendala. Seorang pelanggan di wilayah Kalimantan menyebutkan koneksi Starlink miliknya tiba-tiba terputus padahal cuaca di sekitar tempat tinggalnya dalam kondisi cerah. Hal ini membuat dugaan bahwa gangguan bukan disebabkan faktor eksternal seperti cuaca buruk, melainkan lebih kepada masalah teknis di sistem pusat.
Beberapa pakar telekomunikasi menilai gangguan berskala besar seperti ini bisa saja terkait dengan pemeliharaan sistem, masalah perangkat lunak, atau kerusakan pada satelit tertentu yang sedang mengorbit. Namun, mereka juga menekankan pentingnya transparansi dari pihak SpaceX agar pengguna mendapatkan kepastian mengenai penyebab gangguan.
Mengingat skala layanan yang sudah mencapai jutaan pelanggan di seluruh dunia, gangguan semacam ini tentu berpotensi menimbulkan kerugian, baik secara finansial maupun reputasi. Banyak pelanggan yang mengandalkan Starlink sebagai jaringan utama mereka, khususnya di daerah yang tidak memiliki alternatif lain selain internet satelit. Jika gangguan berlangsung lama, hal ini bisa berdampak pada aktivitas bisnis, pendidikan daring, hingga komunikasi personal yang memerlukan koneksi stabil.
Di sisi lain, sejumlah pihak menilai bahwa kejadian ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi SpaceX dalam meningkatkan keandalan sistem mereka. Dengan semakin banyaknya pengguna dan meluasnya jangkauan, tantangan teknis yang dihadapi Starlink juga semakin besar. Perusahaan dituntut untuk terus memperkuat infrastruktur dan memastikan kesiapan menghadapi gangguan yang tidak terduga.
Hingga kini, belum ada informasi kapan layanan akan pulih sepenuhnya. Beberapa laporan menyebutkan ada pengguna yang sudah mulai bisa kembali terhubung, meski koneksinya masih belum stabil. Situasi ini membuat banyak pelanggan menunggu pengumuman resmi dari SpaceX terkait penyebab gangguan dan estimasi waktu perbaikan.
Starlink sendiri menjadi salah satu proyek besar Elon Musk yang mendapat perhatian luas. Dengan ambisi menyediakan akses internet global melalui ribuan satelit yang mengorbit rendah di bumi, layanan ini dianggap sebagai terobosan penting di bidang telekomunikasi. Namun, kejadian gangguan besar seperti yang terjadi kali ini menunjukkan bahwa meski teknologi berkembang pesat, risiko gangguan tetap ada dan perlu diantisipasi.
Masyarakat dan pelanggan di berbagai negara kini berharap agar SpaceX segera memberikan penjelasan resmi sekaligus memastikan layanan kembali normal dalam waktu dekat. Sementara itu, gangguan ini juga menjadi pengingat bahwa ketergantungan pada teknologi, terutama internet berbasis satelit, tetap memiliki tantangan dan potensi kerentanan yang perlu terus diantisipasi. (BG*)