Washington, albrita.com – Presiden AS Donald Trump mengejutkan dunia dengan pengumuman ingin melanjutkan uji coba senjata nuklir setelah 33 tahun berhenti. Trump menyampaikan hal itu melalui unggahan di Truth Social, sebelum bertemu Presiden China Xi Jinping di Busan, Korsel, Kamis (30/10).
Trump belum menjelaskan apakah yang dimaksud adalah uji coba sistem persenjataan atau uji ledakan nuklir langsung, yang belum dilakukan AS sejak 1992.
Iran mengecam pernyataan Trump. Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi menyebutnya regresif, tidak bertanggung jawab, dan mengancam keamanan internasional. “Orang yang dulu merundung senjata nuklir kini ingin melanjutkan uji coba atom, sementara mereka mengritik program nuklir damai Iran,” katanya.
Kelompok penyintas bom atom Jepang, Nihon Hidankyo, juga memprotes Trump melalui surat ke Kedutaan Besar AS di Jepang. Presiden Nihon Hidankyo, Toshiyuki Mimaki, menegaskan langkah itu bertentangan dengan upaya dunia mewujudkan perdamaian tanpa nuklir.
Rusia menanggapi pernyataan Trump dengan menekankan bahwa latihan senjata baru-baru ini bukan uji coba nuklir. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, memperingatkan Rusia bisa melanjutkan uji coba hulu ledak jika AS benar-benar melakukannya.
China melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Guo Jiakun, mendesak AS mematuhi larangan uji coba nuklir global. Sekjen PBB, Antonio Guterres, juga menegaskan uji coba nuklir tidak bisa diizinkan dalam kondisi apa pun.
AS sendiri menandatangani Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif sejak 1996, yang melarang semua uji ledakan atom baik militer maupun sipil.
Trump sebelumnya menyatakan ingin bernegosiasi dengan Rusia dan China terkait denuklirisasi. “Denuklirisasi akan menjadi hal yang luar biasa,” katanya. (WF*)









