Sungaipenuh, albrita.com —Di sebuah kamar rumah sakit umum M.Djamil Padang, tubuh remaja 15 tahun itu masih terbaring lemah. Kepalanya terbalut perban tebal, matanya sesekali berkedip menahan nyeri. Dialah ZK, pelajar asal Dusun Air Sesat, Desa Simpang Tiga, Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungaipenuh — korban penusukan brutal menggunakan kunci motor oleh sekelompok remaja pada Rabu (15/10/2025) di kawasan Bukit Taman Strawberry Puncak.
Keluarga ZK masih terpukul. Mereka sulit memahami mengapa anak yang dikenal pendiam dan sopan itu bisa menjadi sasaran kekerasan begitu kejam. Luka di kepala ZK bukan luka ringan — kunci motor tertancap dalam hingga menembus tengkorak. Tim medis di RS Padang harus melakukan operasi besar untuk mengangkat benda asing yang nyaris merenggut nyawanya.
“Kami dari pihak keluarga meminta polisi segera menangkap pelaku penusukan terhadap ZK. Ini bukan lagi perkelahian biasa, tapi sudah seperti upaya pembunuhan,” ujar salah satu kerabat dengan mata berkaca-kaca. “Anak kami ditusuk kunci motor di kepala. Dia masih berjuang untuk hidup.”
Anak Yatim, Kini Berjuang Sendiri Melawan Derita
ZK sudah yatim sejak usia delapan bulan. Hidupnya selama ini sederhana, bergantung pada kasih sayang keluarga besar. Kini, mereka kembali diuji. “Dia anak baik, tidak pernah cari masalah,” tutur bibinya. “Sejak kecil hidup tanpa ayah, sekarang dia harus menanggung luka yang begitu parah.”
Namun, penderitaan mereka tak berhenti di situ. Biaya pengobatan melonjak tinggi, sementara BPJS tidak menanggung seluruh tindakan medis.
“Biaya operasi saja sudah mencapai Rp30 juta, belum termasuk tindakan lanjutan sekitar Rp40 juta. Semua biaya umum, belum ada bantuan apa pun,” kata keluarga.
Pelaku Masih Bebas, Keluarga Terluka Dua Kali
Yang paling menyakitkan bagi keluarga bukan hanya luka fisik yang dialami ZK, tapi juga ketidakadilan yang mereka rasakan. Hingga kini, pihak keluarga mengaku belum ada pemeriksaan serius dari penyidik Polres Kerinci terhadap para terduga pelaku.
Yang lebih ironis, pelaku disebut masih bebas berkeliaran dan bahkan sempat mengirim pesan bernada ejekan kepada korban melalui media sosial.“Mereka masih sempat mengirim pesan sarkastik lewat Instagram, seolah tidak menyesali perbuatannya. Ini sungguh menyakitkan bagi keluarga,” ungkap seorang anggota keluarga dengan nada marah tertahan.
Keluarga ZK berharap kepolisian segera bertindak tegas agar kasus ini tidak melebar menjadi konflik antarwarga, sebab korban dan pelaku diduga berasal dari dua kecamatan yang berdekatan — Hamparan Rawang dan Koto Baru. “Kami hanya ingin keadilan ditegakkan. Siapa pun yang bersalah harus bertanggung jawab. Jangan sampai peristiwa ini memicu ketegangan antarwarga,” tegas keluarga.
Suara Publik: “Jangan Biarkan Kekerasan di Kalangan Pelajar Dibiarkan”
Kasus ini mengguncang masyarakat Kota Sungaipenuh. Banyak warga menyayangkan lambatnya penanganan kepolisian. Di media sosial, tagar #KeadilanUntukZK mulai ramai diperbincangkan. Warga menuntut agar aparat bertindak cepat dan memberi rasa aman bagi para pelajar di kota itu.
Sejumlah tokoh pendidikan juga angkat suara. Mereka menilai kekerasan di kalangan pelajar makin mengkhawatirkan dan butuh perhatian serius.
“Ini bukan sekadar masalah tawuran remaja. Ini alarm bagi dunia pendidikan dan aparat penegak hukum. Jika pelaku tidak ditindak, generasi muda akan berpikir bahwa kekerasan bisa dibiarkan,” ujar seorang pemerhati pendidikan di Sungaipenuh.
Kapolres Kerinci melalui AKP. Very Prasetiawan ketika ditanya soal perudungan ini, menyebutkan dalam proses. “Dalam proses,” jawabnya singkat, Jumat (17/10/2025).
Harapan di Tengah Luka
Sementara itu, kondisi ZK dikabarkan mulai stabil pascaoperasi, meski masih harus menjalani perawatan intensif. Setiap hari, keluarga setia menemaninya di rumah sakit, berharap keajaiban datang.
“Dia sesekali membuka mata, memanggil nama ibunya,” kata sang bibi lirih. “Kami hanya ingin dia sembuh, dan pelaku ditangkap. Itu saja.”
Bagi keluarga kecil itu, keadilan adalah satu-satunya penghiburan di tengah penderitaan panjang. Mereka tidak menuntut banyak, hanya ingin melihat hukum benar-benar berpihak pada yang lemah.
ZK mungkin hanyalah satu dari sekian banyak korban kekerasan di kalangan pelajar. Namun kisahnya adalah pengingat: bahwa setiap tindakan brutal meninggalkan luka yang lebih dalam dari sekadar darah — luka kepercayaan terhadap keadilan. (al/danil)









